Tarif Impor Trump Terbaru Buka Peluang Ekspor bagi Indonesia

oleh -9 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh : Rivka Mayangsari*)

Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menetapkan tarif impor baru sebesar 19 persen bagi sejumlah produk asal Indonesia dinilai sebagai peluang strategis bagi peningkatan ekspor nasional. Kebijakan ini bukan hanya tidak mengganggu stabilitas neraca perdagangan Indonesia, tetapi justru dapat menjadi katalis positif dalam memperkuat kinerja perdagangan luar negeri RI, terutama di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.

banner 336x280

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyatakan bahwa pengenaan tarif impor 19 persen terhadap barang-barang dari Indonesia tidak akan memperlebar defisit perdagangan Indonesia. Sebelumnya, tarif impor AS terhadap produk Indonesia sempat menyentuh angka 32 persen, namun kini diturunkan menjadi 19 persen. Dalam pernyataan resminya, Trump menyebut bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang baru, yang juga menyebutkan bahwa AS tidak akan mengenakan tarif tambahan terhadap ekspor Indonesia.

Menurut Wijayanto, penurunan tarif ini harus dilihat sebagai sinyal positif. Ia menjelaskan bahwa barang-barang yang terkena tarif tersebut merupakan produk-produk yang tetap dibutuhkan oleh Indonesia dan bukan termasuk kategori yang akan berdampak negatif pada defisit perdagangan. Yang terjadi hanyalah perubahan komposisi mitra dagang. Dengan kata lain, akan terjadi pergeseran sumber impor dari negara lain, namun nilai total transaksi perdagangan akan tetap stabil dan terkendali.

Lebih jauh, Wijayanto menilai bahwa tarif rendah ini sebenarnya membuka ruang yang sangat luas bagi peningkatan ekspor Indonesia. Dalam pandangannya, kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong penetrasi produk Indonesia di pasar AS, terutama untuk komoditas yang saat ini memiliki daya saing tinggi seperti alas kaki, tekstil, karet, hingga produk turunan kelapa sawit.

Hal senada disampaikan oleh Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto. Ia menilai bahwa dampak tarif terhadap neraca perdagangan Indonesia sangat minimal. Menurutnya, sebagian besar barang yang diimpor dari AS merupakan kebutuhan penting yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, jika pun terjadi penyesuaian atau pergeseran dalam rantai pasok perdagangan, stabilitas neraca tetap dapat dijaga dengan baik.

Myrdal juga menyoroti bahwa ketahanan neraca perdagangan Indonesia saat ini ditopang oleh kinerja sektor hilirisasi mineral, terutama nikel, serta ekspor unggulan lainnya seperti kelapa sawit dan batu bara. Komoditas-komoditas ini telah menjadi tulang punggung surplus neraca dagang Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dengan tambahan peluang dari tarif impor AS yang lebih rendah, potensi ekspor ke pasar global, khususnya Amerika, semakin terbuka lebar.

Lebih lanjut, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono, turut memberikan pandangan terhadap keputusan Presiden AS tersebut. Ia menilai bahwa penurunan tarif impor tersebut tidak lepas dari diplomasi ekonomi yang telah dijalankan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dalam pandangannya, hubungan bilateral yang semakin kuat antara Indonesia dan AS telah menghasilkan kebijakan yang menguntungkan kedua pihak.

Trenggono mengungkapkan bahwa AS merupakan pasar utama bagi produk perikanan Indonesia. Ia menekankan bahwa nilai ekspor produk perikanan nasional ke pasar AS telah mencapai angka fantastis, yakni lebih dari 2 miliar dolar AS setiap tahunnya. Dengan penurunan tarif impor ini, ekspor produk perikanan Indonesia seperti udang, tuna, dan kepiting diperkirakan akan semakin meningkat dan lebih kompetitif di pasar global.

Tidak hanya berhenti di pasar AS, Trenggono juga menjelaskan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan akan terus memperluas jangkauan ekspor ke berbagai negara strategis lainnya. Beberapa di antaranya adalah Uni Eropa, China, dan Jepang, yang selama ini juga menjadi tujuan utama ekspor produk laut Indonesia. Dengan strategi diversifikasi pasar dan penguatan daya saing produk, sektor perikanan Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Kebijakan tarif baru dari AS ini juga diharapkan menjadi momentum kebangkitan sektor manufaktur dan industri kreatif Indonesia. Para pelaku usaha, khususnya UMKM dan eksportir nasional, didorong untuk merespons kebijakan ini dengan meningkatkan kualitas, efisiensi produksi, dan diversifikasi produk agar mampu memenuhi permintaan pasar global yang semakin kompetitif.

Pemerintah Indonesia sendiri berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi lintas kementerian dan lembaga guna mendukung para pelaku ekspor. Berbagai insentif ekspor, pembiayaan, dan pelatihan teknis terus disalurkan untuk memastikan produk Indonesia mampu bersaing secara berkelanjutan di pasar internasional. Selain itu, upaya penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi terus dilakukan agar jalur ekspor semakin efisien dan tidak memberatkan pelaku usaha.

Kebijakan tarif impor baru dari Presiden Trump seharusnya tidak dilihat sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang emas bagi Indonesia untuk memperkuat posisi di pasar global. Penurunan tarif menjadi 19 persen merupakan sinyal bahwa AS masih melihat potensi besar dari produk-produk Indonesia, sekaligus membuka ruang diplomasi ekonomi yang lebih strategis di masa depan.

Dengan kesiapan sektor ekspor nasional, kekuatan hilirisasi komoditas unggulan, serta dukungan penuh dari pemerintah pusat, Indonesia diyakini mampu mengubah tantangan global menjadi peluang nyata untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Momentum ini harus dijaga agar ekspor Indonesia terus melaju dan menjadi penopang utama kebangkitan ekonomi nasional.

*) Pemerhati Ekonomi

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.