Surplus Beras 4,86 Juta Ton Menguatkan Ketahanan Pangan Nasional

oleh -2 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Maya Kartika )*

Indonesia memasuki babak baru dalam sejarah ketahanan pangan. Untuk pertama kalinya sejak merdeka, cadangan beras nasional mencapai titik surplus sebesar 4,86 juta ton. Capaian monumental ini menegaskan keberhasilan pemerintah dalam mengelola produksi pertanian sekaligus memperkuat pondasi swasembada pangan.

banner 336x280

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut surplus tersebut bukan sekadar angka statistik, melainkan buah dari konsistensi kebijakan yang berpihak kepada petani. Menurutnya, dalam kurun Januari hingga September 2025 produksi beras diproyeksikan mencapai 28,24 juta ton, atau naik lebih dari 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan konsumsi nasional sekitar 23,38 juta ton, maka cadangan 4,86 juta ton menjadi bukti nyata kemandirian pangan semakin dekat terwujud.

Keberhasilan ini mendapat sorotan dari lembaga internasional seperti FAO, USDA, dan BPS yang menilai langkah Indonesia sebagai prestasi penting bagi stabilitas pangan dunia. Sejak Januari 2025, Indonesia bahkan telah berhenti mengimpor beras. Keputusan tersebut bukan hanya mengurangi ketergantungan, tetapi juga berdampak pada penurunan harga beras internasional dari 460 dolar menjadi 370 dolar per ton. Hal ini menunjukkan kontribusi petani Indonesia tidak hanya untuk negeri sendiri, melainkan juga untuk menjaga keseimbangan pasar global.

Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto telah mengarahkan kebijakan pangan secara terukur. Penyesuaian harga gabah, distribusi pupuk subsidi yang lebih tepat sasaran, hingga dukungan peralatan pertanian modern menjadi faktor yang mendorong kenaikan produksi. Perum Bulog kini menyimpan cadangan 4,2 juta ton beras, jumlah tertinggi sejak lembaga itu berdiri pada 1969. Keberadaan stok melimpah ini menjamin ketersediaan pangan rakyat sekaligus menjaga stabilitas harga.

Menteri Pertanian menekankan bahwa Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia menjadi momentum bersejarah untuk melompat maju secara eksponensial dalam pembangunan pangan. Dengan dukungan Presiden Prabowo dan kerja keras petani di lapangan, target swasembada yang semula diproyeksikan empat tahun bisa dipercepat menjadi hanya satu tahun. Ia menambahkan bahwa ketahanan pangan merupakan fondasi tegaknya bangsa; tanpa pangan yang cukup, negara akan menghadapi kerentanan besar.

Apresiasi atas capaian tersebut datang dari parlemen. Anggota Komisi IV DPR RI, Khalid, menyatakan produksi yang meningkat memberi ruang besar bagi Bulog untuk menyerap gabah petani. Menurutnya, penyerapan luar biasa hingga menembus 4 juta ton beras tidak hanya menjamin ketersediaan pangan nasional, tetapi juga memberikan kepastian pasar bagi petani. Ia menilai langkah pemerintah ini selaras dengan janji menghadirkan negara di tengah rakyat, khususnya dalam sektor strategis seperti pangan.

Senada dengan itu, Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, menilai surplus beras ini sebagai hasil dari kebijakan pertanian yang tepat sasaran. Ia menyebut stok lebih dari 4 juta ton cadangan pemerintah merupakan langkah penting untuk menjaga ketahanan pangan. Bahkan, ia melihat peluang besar untuk membuka pasar ekspor ke negara-negara lain. Dengan demikian, surplus tidak hanya menguntungkan konsumen dalam negeri, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani melalui pasar global.

Namun, capaian ini tidak membuat pemerintah abai terhadap tantangan ke depan. Andi Amran menyoroti tata kelola penggilingan padi yang perlu mendapat perhatian. Saat ini, terdapat lebih dari 161 ribu penggilingan kecil dengan kapasitas jauh di atas kebutuhan nasional. Meski begitu, sebagian penggilingan kerap menghadapi tekanan harga, terutama saat masa paceklik. Pemerintah memastikan penggilingan kecil tetap terlindungi melalui regulasi dan dukungan khusus agar mampu bersaing dengan penggilingan besar, sehingga lapangan kerja masyarakat tetap terjaga. Menteri Pertanian menegaskan perlunya intervensi pemerintah agar tidak terjadi monopoli yang bisa mengancam lapangan kerja jutaan orang.

Optimisme pemerintah semakin kuat dengan proyeksi FAO yang memperkirakan produksi beras Indonesia musim 2025/2026 mencapai 35,6 juta ton, meningkat 4,5 persen dari musim sebelumnya. USDA pun memperkirakan angka 34,6 juta ton, atau tumbuh hampir 5 persen dibanding tahun lalu. Prediksi ini menambah keyakinan bahwa Indonesia benar-benar berada di jalur swasembada.

Keberhasilan surplus beras juga menunjukkan bahwa nilai tukar petani meningkat signifikan hingga 122 persen, jauh melampaui target pemerintah. Hal ini menjadi indikator kesejahteraan petani mengalami perbaikan. Tidak hanya sekadar menjaga stok, kebijakan pemerintah berhasil menyentuh langsung para pelaku utama pertanian yang selama ini menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.

Pemerintah memastikan strategi besar di sektor pertanian terus berlanjut. Dukungan infrastruktur irigasi, akses jalan tani, hingga sistem logistik diperkuat agar hasil panen terserap optimal. Di sisi lain, pengawasan diperketat untuk mencegah praktik curang, penimbunan, maupun permainan harga yang merugikan masyarakat. Dengan demikian, capaian surplus tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga benar-benar memberikan keadilan bagi seluruh rakyat.

Indonesia kini berada pada posisi yang lebih kokoh dalam menghadapi dinamika global. Surplus 4,86 juta ton beras menjadi bukti bahwa dengan kebijakan yang berpihak pada petani, kerja keras pemerintah, dan semangat kolektif masyarakat, kemandirian pangan bukan lagi sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang sedang terwujud. Dengan cadangan yang kuat, bangsa ini semakin yakin menatap masa depan tanpa bergantung pada impor, sekaligus berkontribusi pada stabilitas pangan dunia.

)* Pemerhati Kebijakan Publik

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.