JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang mencapai 5,12 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sinyal kuat pulihnya kepercayaan publik dan investor terhadap perekonomian nasional. Capaian ini menegaskan bahwa arah kebijakan ekonomi pemerintah berada di jalur yang tepat dalam menghadapi dinamika global dan tekanan domestik.
Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menyambut positif capaian tersebut dan menyebutnya sebagai sinyal kepercayaan yang semakin menguat terhadap fundamental ekonomi nasional.
“Terkait pertumbuhan kuartal kedua yang mencapai 5,12 persen, menurut saya itu merupakan sinyal kembalinya kepercayaan publik, kepercayaan pasar, dan investasi asing terhadap kinerja ekonomi Indonesia,” kata Misbakhun.
Menurut dia, momentum ini harus dijaga dengan konsistensi kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif, serta percepatan realisasi belanja negara agar dorongan terhadap pertumbuhan tetap berkelanjutan hingga akhir tahun.
Senada dengan itu, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menilai bahwa data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan tren pemulihan ekonomi yang nyata. Ia menyebut ada tiga pendorong utama pertumbuhan pada kuartal II, yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor.
“Jadi ini (pertumbuhan 5,12 persen) didorong yang pertama oleh konsumsi yang mulai membaik, yang kedua oleh investasi yang tumbuh cukup moderat, dan yang ketiga oleh ekspor,” terang Ronny.
Ronny menekankan bahwa perbaikan daya beli masyarakat serta stabilitas harga pangan dan energi menjadi faktor penting di balik membaiknya konsumsi. Sementara itu, pertumbuhan investasi mencerminkan respons positif pelaku usaha terhadap stabilitas politik dan prospek ekonomi nasional pasca Pemilu 2024.
Di sisi lain, peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menjelaskan bahwa dua komponen utama yakni konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan dibanding kuartal sebelumnya. Data BPS menunjukkan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, sementara PMTB naik 6,99 persen.
“Berdasarkan penjelasan BPS siang tadi, pertumbuhan PMTB dipengaruhi oleh peningkatan belanja modal, yang mengindikasikan bahwa realisasi belanja pemerintah khususnya belanja modal dari APBN sudah mulai berjalan lebih optimal pada kuartal kedua,” ujar Rendy.
Menurutnya, PMTB sebagai indikator investasi mengonfirmasi bahwa sektor publik dan swasta mulai agresif melakukan ekspansi dan pembelian aset tetap, seperti pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, dan peralatan produksi. Ini menjadi bukti nyata bahwa stimulus fiskal mulai tersalurkan ke sektor-sektor produktif yang berdampak pada peningkatan output ekonomi.
Capaian pertumbuhan 5,12 persen ini juga dinilai memberikan ruang optimisme terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025 yang berada pada kisaran 5,2 hingga 5,4 persen. Pemerintah diyakini mampu menjaga stabilitas makroekonomi sambil mendorong kinerja sektor riil, terutama lewat penguatan belanja infrastruktur, pemberdayaan UMKM, serta perluasan investasi hijau dan berbasis teknologi.
Dengan berbagai indikator yang menunjukkan tren membaik, Indonesia dinilai semakin layak menjadi tujuan investasi jangka panjang di kawasan Asia Tenggara. Para pengamat ekonomi menyarankan agar momentum ini terus dimanfaatkan dengan reformasi kebijakan yang berorientasi pada peningkatan produktivitas, kemudahan berusaha, serta kepastian hukum.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kuartal II bukan hanya sekadar angka, tetapi cerminan dari kekuatan adaptif perekonomian Indonesia dalam menghadapi tekanan global serta buah dari sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang kian membaik.-
[edRW]