Nasionalisme Tidak Boleh Luntur oleh Popularitas Bajak Laut Pasca 17 Agustus

oleh -3 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Raka Pratama )*

Perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momen penting untuk meneguhkan kembali semangat nasionalisme. Merah Putih yang berkibar di setiap sudut negeri adalah simbol kedaulatan, persatuan, dan pengorbanan para pahlawan bangsa.

banner 336x280

Namun, beberapa waktu terakhir muncul fenomena pengibaran bendera bergambar tengkorak ala bajak laut yang populer dari budaya populer Jepang. Fenomena ini memunculkan keprihatinan karena dianggap tidak selaras dengan nilai-nilai nasionalisme, apalagi jika terjadi di tengah momentum sakral kemerdekaan.

Anggota DPR RI, Herman Khaeron, menyampaikan bahwa pengibaran bendera bajak laut pada peringatan hari kemerdekaan tidak pantas dilakukan. Ia menilai ekspresi budaya memang memiliki ruang, tetapi tidak seharusnya bertentangan dengan simbol-simbol kebangsaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Menurutnya, momentum perayaan kemerdekaan seharusnya dimanfaatkan untuk memperkuat kebersamaan dan mendukung berbagai program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Herman mengingatkan bahwa pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo telah meluncurkan berbagai program pro-rakyat seperti Makan Bergizi Gratis, Sekolah Rakyat, hingga Koperasi Desa Merah Putih. Semua kebijakan ini dirancang untuk memperkuat kemandirian bangsa dan menghadirkan kesejahteraan yang merata. Oleh karena itu, energi anak muda sebaiknya diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, bukan terseret dalam tren yang justru menimbulkan polemik.

Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, turut menyoroti fenomena ini. Ia memandang bahwa ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap negara sebaiknya disampaikan melalui cara yang lebih bermartabat dan membangun. Kreativitas memang perlu diapresiasi, namun jika diwujudkan dengan mengibarkan simbol bajak laut di saat bangsa memperingati kemerdekaan, hal tersebut berpotensi mengurangi kesakralan Merah Putih. Negara yang berdaulat harus menjaga marwah simbol kebangsaannya, dan itu menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga.

Sementara itu, Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’I, memberikan pandangan yang lebih mendalam terhadap fenomena ini. Ia memahami bahwa budaya populer seperti komik dan anime memiliki daya tarik besar bagi generasi muda.

Menurut Romo, kisah petualangan bajak laut dalam karya fiksi Jepang tersebut mengandung nilai-nilai perlawanan terhadap ketidakadilan dan semangat kebebasan. Namun, ia menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut justru bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kecintaan terhadap tanah air jika diarahkan dengan benar.

Romo menekankan bahwa kisah-kisah fiksi global sebaiknya tidak dijadikan simbol yang menggantikan identitas nasional, melainkan menjadi pintu masuk untuk menanamkan nilai patriotisme. Ia mengajak para penggemar budaya populer untuk menjadikan energi mereka sebagai dukungan nyata bagi Merah Putih.

Di sisi lain, Romo mendorong agar kisah heroik pahlawan Indonesia dikemas dalam format yang lebih modern dan menarik, sehingga dapat bersaing dengan narasi dari budaya asing. Dengan begitu, generasi muda bisa tetap menikmati hiburan global tanpa melupakan akar sejarah bangsanya sendiri.

Fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa nasionalisme harus terus dipelihara, terutama pasca 17 Agustus. Popularitas budaya global tidak boleh mengikis rasa cinta terhadap bangsa sendiri. Pemerintah pun telah memberikan ruang luas bagi kreativitas anak muda, tetapi tetap ada batas ketika menyangkut simbol negara. Merah Putih adalah harga mati, dan setiap bentuk ekspresi kebudayaan harus menempatkan penghormatan pada bendera ini di atas segalanya.

Langkah penertiban yang dilakukan aparat terhadap pengibaran bendera bajak laut perlu dilihat sebagai upaya menjaga martabat bangsa. Bukan berarti negara anti-kreativitas, melainkan sebagai pengingat bahwa ekspresi tidak boleh mengorbankan nilai kebangsaan. Kritik dan saran terhadap pemerintah dapat disampaikan melalui berbagai mekanisme demokratis yang lebih konstruktif. Dengan begitu, aspirasi masyarakat tetap tersalurkan tanpa mengaburkan simbol persatuan nasional.

Ke depan, penting bagi seluruh elemen bangsa untuk lebih kreatif dalam memperkuat narasi nasionalisme. Pemerintah bersama masyarakat dapat menghadirkan festival kebudayaan, film, komik, atau konten digital yang mengangkat kisah pahlawan bangsa dalam kemasan yang modern dan inspiratif.

Dengan langkah ini, generasi muda akan merasa lebih dekat dengan sejarah bangsa dan semakin bangga mengibarkan Merah Putih. Upaya ini juga akan memperkuat ketahanan budaya di tengah derasnya arus globalisasi, sehingga bangsa Indonesia mampu menjaga jati dirinya sambil tetap terbuka pada perkembangan dunia.

Semangat nasionalisme yang diwariskan para pendiri bangsa tidak boleh luntur hanya karena popularitas simbol fiksi. Setiap warga negara memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kehormatan Merah Putih. Pasca perayaan kemerdekaan, seluruh elemen bangsa harus terus meneguhkan tekad bahwa kesetiaan terhadap tanah air tidak boleh goyah oleh tren budaya sesaat.

Pemerintah telah menunjukkan arah yang jelas melalui program-program strategis yang berpihak pada rakyat. Kini, tugas masyarakat adalah mendukung dengan cara memperkuat persatuan dan menjaga simbol kebangsaan. Dengan menempatkan Merah Putih sebagai lambang tertinggi identitas bangsa, Indonesia akan mampu menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati dirinya.

Nasionalisme yang kokoh adalah fondasi agar Indonesia tetap berdiri tegak sebagai bangsa merdeka. Popularitas budaya populer boleh saja masuk dan mewarnai kehidupan masyarakat, namun tidak boleh melampaui kesucian simbol negara. Merah Putih adalah jiwa bangsa, dan pasca 17 Agustus, setiap anak negeri harus semakin mantap meneguhkan kesetiaan pada Sang Saka.

)* Sosiolog

[edRW]

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.