Jaga Nasionalisme dari Gelombang Budaya Pop Bendera Bajak Laut

oleh -3 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh : Arka Dwi Francesco*)

Dalam momentum HUT RI ke-80, tren pengibaran bendera bergambar tengkorak ala bajak laut yang dipopulerkan serial One Piece semakin ramai. Meski sebagian masyarakat memandangnya sekadar hiburan, simbol tersebut berpotensi menimbulkan bias dan mengaburkan makna nasionalisme. Karena itu, penting bagi semua pihak untuk menegaskan kembali bahwa Bendera Merah Putih adalah simbol utama persatuan dan jati diri bangsa Indonesia.

banner 336x280

Langkah tegas telah ditunjukkan Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, yang memilih cara kreatif sekaligus inspiratif dalam memperingati HUT ke-80 RI. Ia memimpin pengibaran Bendera Merah Putih di dasar laut Sulamadaha, Ternate, pada 17 Agustus 2025, sebuah momentum yang sarat makna kebangsaan. Pihaknya menyatakan bahwa aksi ini bukan hanya bentuk penghormatan terhadap jasa pahlawan, tetapi juga simbol ikrar menjaga laut sebagai pusat kehidupan masyarakat Maluku Utara.

Langkah tersebut menunjukkan bahwa nasionalisme bisa diekspresikan dengan cara kreatif tanpa kehilangan nilai kesakralan. Di tengah era budaya digital yang kerap menampilkan simbol-simbol asing, cara seperti ini mampu membangun kebanggaan baru yang dekat dengan masyarakat. Inovasi semacam ini penting untuk menjaga agar Merah Putih selalu hadir dengan wajah segar namun tetap penuh wibawa.

Sementara itu, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Bahtiar Baharuddin, memberikan peringatan tegas terhadap fenomena bendera bajak laut. Ia menilai arus globalisasi dan digitalisasi sering membawa simbol budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter kebangsaan Indonesia. Menurutnya, Bendera Merah Putih adalah pemersatu yang tidak boleh tergantikan, terlebih dalam momentum peringatan kemerdekaan. Hal ini menunjukkan sikap pemerintah yang siap bertindak apabila ada pihak yang menggunakan simbol lain hingga menyinggung kehormatan negara.

Dari sudut pandang sosial, sikap Bahtiar ini penting untuk menjaga batas antara ekspresi budaya dengan penghormatan simbol negara. Kebebasan berekspresi tetap dijamin, namun harus dibedakan dengan tindakan yang berpotensi melemahkan identitas bangsa. Jika fenomena bendera bajak laut dibiarkan, bukan tidak mungkin generasi muda akan lebih mengagungkan simbol hiburan ketimbang simbol negara. Dengan menegaskan bahwa pemerintah siap mengambil langkah hukum, publik diberi pesan jelas bahwa Merah Putih tidak boleh diposisikan sejajar, apalagi kalah, dengan simbol budaya asing.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Romo Haryatmoko, yang menekankan perlunya transformasi pendidikan di era digital. Ia menyebut bahwa penyampaian nilai kebangsaan tidak bisa lagi menggunakan pendekatan lama, melainkan harus menyesuaikan dengan gaya komunikasi generasi muda. Bagi Romo, Pancasila dan semangat kebangsaan harus dikemas dengan cara relevan, misalnya melalui media sosial, konten kreatif, atau kolaborasi dengan tokoh budaya pop. Pesan ini penting agar nasionalisme tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hadir dalam kehidupan sehari-hari.

Romo memberi jalan keluar dari dilema antara budaya pop global dan identitas bangsa. Selama ini, generasi muda memang lebih dekat dengan bahasa visual, konten digital, dan simbol kreatif ketimbang narasi formal. Jika pendekatan pendidikan kebangsaan hanya berhenti pada upacara seremonial, maka sulit bagi pesan nasionalisme untuk menyentuh hati mereka. Oleh karena itu, strategi kreatif yang memadukan nilai kebangsaan dengan medium kekinian menjadi kunci untuk memastikan nasionalisme tetap hidup di era digital.

Di era keterbukaan informasi, masyarakat memang mudah terpengaruh oleh simbol-simbol global. Namun, hal ini tidak boleh menggeser posisi Bendera Merah Putih sebagai lambang utama bangsa Indonesia. Nasionalisme bukan sekadar seremoni setiap 17 Agustus, melainkan kesadaran kolektif yang harus hidup setiap hari. Mengibarkan Merah Putih, baik di dunia nyata maupun di ruang digital, adalah bentuk nyata partisipasi menjaga persatuan. Dengan begitu, kita bisa menunjukkan bahwa Indonesia tetap kokoh menghadapi segala bentuk pengaruh luar.

Generasi muda, sebagai pengguna aktif ruang digital, memiliki peran penting dalam menjaga marwah Bendera Merah Putih. Ekspresi di media sosial, konten kreatif, maupun komunitas virtual sebaiknya diarahkan untuk memperkuat rasa cinta tanah air. Ketika simbol kebangsaan ditampilkan secara bangga dan bijak di ruang maya, maka pesan nasionalisme dapat menjangkau lebih luas sekaligus menandingi pengaruh budaya pop global. Dengan cara ini, Merah Putih tidak hanya berkibar di tiang bendera, tetapi juga di hati dan pikiran seluruh anak bangsa.

Mari kita teguhkan kembali komitmen kebangsaan dengan mengibarkan Bendera Merah Putih dimanapun kita berada. Simbol ini bukan hanya kain berwarna merah dan putih, tetapi lambang pengorbanan dan perjuangan para pahlawan. Di tengah gelombang budaya pop yang datang silih berganti, jangan biarkan identitas bangsa terkaburkan oleh tren sesaat. Dengan menjunjung persatuan, setia pada Pancasila, dan mencintai Merah Putih, kita memastikan Indonesia tetap tegak dan bermartabat di mata dunia.

)* Penulis Merupakan Pengamat Sosial

[edRW]

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.