Tren Budaya Pop Pada Penggunaan Bendera Bajak Laut Harus Diikuti Dengan Semangat Nasionalisme

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Fauzan Hidayat )*

Tren budaya populer di Indonesia tengah menunjukkan pertumbuhan yang pesat, khususnya di kalangan generasi muda. Salah satu fenomena terkini adalah munculnya keinginan sebagian masyarakat untuk mengibarkan bendera bajak laut dari serial animasi Jepang One Piece, yaitu Jolly Roger, menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Fenomena ini menjadi perbincangan luas, bahkan memunculkan reaksi beragam di media sosial.

banner 336x280

Pemerintah tidak menanggapi secara reaktif, melainkan dengan pendekatan yang bijaksana dan merangkul. Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa ekspresi terhadap budaya populer adalah bagian dari dinamika masyarakat yang sehat. Ia menilai bahwa semangat berekspresi melalui simbol populer seperti Jolly Roger tidak otomatis mencerminkan penolakan terhadap simbol-simbol nasional.

Namun demikian, Prasetyo juga mengingatkan bahwa dalam konteks kenegaraan, pengibaran bendera Merah Putih tetap harus menjadi ekspresi utama dalam setiap perayaan kemerdekaan. Simbol negara tidak boleh digantikan atau diposisikan sejajar dengan ikon budaya asing. Ia mendorong masyarakat untuk tetap mengutamakan semangat nasionalisme dalam setiap bentuk perayaan.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono. Ia menyebut bahwa tren budaya pop yang tengah berkembang tidak bisa dihindari, apalagi di era digital yang membuka akses luas terhadap berbagai konten global. Namun, ia berharap agar generasi muda tetap memiliki kesadaran sejarah dan identitas nasional yang kuat.

Menurut Edhie, penting bagi masyarakat untuk membedakan antara konsumsi budaya populer sebagai hiburan, dengan sikap terhadap simbol kenegaraan. Ia memandang bahwa budaya pop bisa menjadi jembatan untuk memperkuat nasionalisme, bukan sebaliknya. Penggunaan simbol-simbol asing dalam konteks hiburan sah-sah saja, namun tidak boleh melampaui batas saat berhadapan dengan momentum yang bersifat nasional seperti HUT RI.

Dari perspektif pertahanan, Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, mengingatkan bahwa kekuatan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh militernya, tetapi juga oleh ketahanan budaya. Ia menilai bahwa pengaruh budaya asing yang terlalu dominan bisa melemahkan rasa kebangsaan jika tidak dibarengi dengan penguatan ideologi Pancasila dan semangat nasionalisme.

Sjafrie juga menekankan pentingnya edukasi yang tepat dalam menghadapi tren budaya pop. Ia mendorong agar institusi pendidikan, media, dan komunitas kreatif bersinergi memperkuat pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga jati diri bangsa. Menurutnya, justru dari budaya pop inilah bisa dibentuk narasi yang positif untuk menumbuhkan kebanggaan terhadap Indonesia.

Di tengah derasnya arus globalisasi, ekspresi kreatif memang menjadi bagian dari kebebasan individu yang dijamin dalam demokrasi. Namun, ekspresi tersebut tetap harus memiliki kesadaran terhadap konteks sosial dan nasional. Pemerintah dalam hal ini tidak membatasi, melainkan mengarahkan agar setiap bentuk kreativitas memiliki dampak konstruktif terhadap semangat kebangsaan.

Fenomena Jolly Roger menjadi pengingat bahwa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, sedang berada dalam proses pencarian identitas yang lebih cair dan terbuka. Dalam kondisi ini, negara harus hadir bukan sebagai penghambat, tetapi sebagai pembimbing yang mampu menjembatani antara semangat ekspresif dengan nilai-nilai luhur kebangsaan.

Momentum menjelang peringatan kemerdekaan dapat dimanfaatkan untuk menegaskan kembali pentingnya menghormati simbol-simbol negara. Merah Putih bukan sekadar bendera, melainkan lambang perjuangan, persatuan, dan kedaulatan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa. Oleh karena itu, keberadaannya harus ditempatkan pada posisi yang paling tinggi dalam konteks kenegaraan.

Masyarakat perlu diajak untuk merayakan kreativitas tanpa kehilangan arah. Semangat inklusif yang ditunjukkan pemerintah menjadi bukti bahwa negara terbuka terhadap perkembangan zaman, namun tetap teguh menjaga marwah identitas nasional. Pendekatan kolaboratif, bukan represif, menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan kepatuhan terhadap norma-norma kebangsaan.

Penting pula untuk memahami bahwa kecintaan terhadap budaya populer tidak harus menggeser kebanggaan terhadap budaya sendiri. Justru dengan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme dalam ruang budaya global, Indonesia bisa tampil sebagai bangsa yang berkarakter di tengah dunia yang semakin terhubung.

Menguatkan semangat nasionalisme tidak selalu harus melalui cara-cara konvensional. Penggunaan simbol budaya pop bisa dijadikan sarana edukatif, selama dikemas dalam narasi kebangsaan yang relevan. Dalam konteks ini, peran pemerintah, masyarakat, dan tokoh publik sangat vital untuk membentuk kesadaran kolektif.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang mampu berdiri sejajar dengan budaya manapun di dunia. Oleh karena itu, tren budaya populer yang datang dari luar seharusnya menjadi pemicu untuk semakin mencintai dan mengembangkan budaya sendiri, bukan sebaliknya.

Dengan memadukan kreativitas dan semangat nasionalisme, masyarakat Indonesia dapat menunjukkan bahwa modernitas dan kecintaan terhadap tanah air dapat berjalan beriringan. Momentum seperti peringatan HUT RI adalah saat yang tepat untuk menegaskan bahwa bendera Merah Putih tetap menjadi satu-satunya simbol kebanggaan bangsa Indonesia.

)* Pemerhati Kebijakan Publik

[edRW]

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.