JAKARTA — Narasi “Indonesia Cemas” yang digaungkan sejumlah kelompok dinilai ber-lebihan dan tidak mencerminkan kondisi objektif bangsa. Pemerintah menegaskan bah-wa Indonesia justru sedang bergerak maju dengan penuh optimisme.
Kampanye pesimistis seperti “Indonesia Gelap” dan “Kabur Aja Dulu” disebut sebagai propaganda politik yang tidak berdasar, yang berpotensi mengganggu stabilitas nasion-al dan menyesatkan publik.
Gerakan tersebut dinilai tidak lahir dari keresahan masyarakat, melainkan digerakkan oleh kepentingan politik segelintir elite. Pemerintah pun merespons dengan memper-cepat agenda-agenda strategis, khususnya di bidang pendidikan dan literasi sebagai fondasi utama kemajuan bangsa.
Presiden Prabowo Subianto secara tegas menyatakan bahwa narasi-narasi tersebut bukanlah ekspresi keresahan rakyat, melainkan hasil rekayasa elite tertentu yang enggan menerima perubahan.
“Dan ternyata memang ini adalah rekayasa. Ini dibuat-buat. Ini dibayar. Oleh siapa? Oleh mereka-mereka yang ingin Indonesia selalu gaduh, Indonesia selalu miskin,” tegas Presiden dalam pidatonya.
Alih-alih terjebak dalam wacana krisis buatan, pemerintah mempercepat langkah konkret untuk memperkuat pendidikan dan literasi nasional. Berbagai program strategis telah dijalankan, mulai dari pembangunan sekolah di wilayah tertinggal, peningkatan pelati-han guru, hingga perluasan akses pendidikan tinggi.
“Indonesia cerah. Masa depan Indonesia cerah. Saya sudah lihat angka-angkanya. Kekayaan kita luar biasa, tinggal kita bisa mengelola atau tidak, tinggal kita berani atau tidak menjalankan perintah Undang-Undang Dasar,” ujar Prabowo, menekankan opti-misme pemerintah dalam menata masa depan bangsa.
Peneliti Center for Inclusive Engagement (CIE), Muhammad Chaerul, menambahkan bahwa stabilitas nasional dan peningkatan literasi harus menjadi prioritas bersama.
“Aksi jalanan bukan solusi. Pemerintah saat ini sedang bekerja membangun masa depan melalui pendidikan. Itu yang perlu didukung, bukan diganggu,” ungkapnya.
Sementara itu, aktivis Corong Rakyat, Hasan, mengingatkan bahwa gerakan mahasiswa seharusnya berpijak pada data dan kajian objektif, bukan menjadi corong elite politik.
“Kita justru sedang menyongsong pemerintahan baru yang kuat dan sah, kenapa justru dipojokkan dengan narasi yang dibangun oleh elite tertentu?”, ujarnya.
Pemerintah menegaskan akan terus membuka ruang dialog dan kritik konstruktif. Na-mun, segala bentuk agitasi yang menjurus pada delegitimasi pemerintahan akan dilawan dengan pendekatan berbasis data dan solusi nyata. Indonesia tidak sedang cemas. In-donesia sedang bekerja menuju masa depan yang inklusif, adil, dan berdaulat.