Gorontalo – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Gorontalo melakukan edukasi tentang HIV/AIDS untuk generasi muda agar tidak merasa takut mengenal penyakit itu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa di Seminar Nasional bertema “Break the Silence: HIV Awareness for the Fearless Generation” di Kota Gorontalo, Sabtu, mengatakan seminar tersebut menjadi momentum penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terutama generasi muda mengenai HIV/AIDS.
Menurut Anang, kasus HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo masih menjadi tantangan serius.
Data mencatat dari 2021 hingga Juni 2024, terdapat 1.180 kasus HIV di wilayah ini.
Kota Gorontalo memiliki jumlah kasus tertinggi dengan 339 kasus, diikuti Kabupaten Gorontalo 306 kasus, Pohuwato 185 kasus, Bone Bolango 139 kasus, Boalemo 113 kasus, dan Gorontalo Utara 9 kasus.
“Penderita terbanyak berada pada kelompok usia produktif 25 hingga 49 tahun dengan 768 orang. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi yang terarah, terutama bagi generasi muda untuk menekan penyebaran HIV,” kata Anang.
Menurutnya, Provinsi Gorontalo telah melakukan berbagai langkah strategis untuk menanggulangi HIV/AIDS, seperti peningkatan akses layanan kesehatan termasuk penyediaan fasilitas Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk deteksi dini HIV di pusat layanan kesehatan kemudian melakukan pengobatan gratis untuk ODHA dengan penyediaan terapi antiretroviral (ARV) secara cuma-cuma untuk meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Termasuk melakukan edukasi pada masyarakat melalui kampanye kesehatan yang melibatkan komunitas lokal, sekolah, dan perguruan tinggi untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma.
“Kerja sama lintas sektor melibatkan organisasi profesi, institusi pendidikan, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat juga sangat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi ODHA,” katanya.
Anang juga menyampaikan apresiasi kepada Indonesian Young Pharmacist Group (IYPG) Gorontalo dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Provinsi Gorontalo atas inisiatif menggelar seminar tersebut.
Menurutnya, tema “Break the Silence” sangat relevan karena menyoroti pentingnya membuka ruang dialog terbuka untuk menghapus stigma yang selama ini menjadi hambatan.
“Kegiatan seperti ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga membangun masyarakat yang lebih peduli dan inklusif. Saya yakin langkah yang dilakukan hari ini akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi kesehatan masyarakat Gorontalo,” katanya.
Dinkes Provinsi Gorontalo berharap melalui seminar ini, kolaborasi antara pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat dapat terus ditingkatkan.
Mengingat dengan sinergi yang kuat, target pengendalian HIV/AIDS nasional dan internasional di Gorontalo dapat tercapai, dan memberikan harapan baru bagi upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik.*