Oleh : Nindi Syafitri
Pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI 2025 menjadi sorotan publik bukan hanya karena momentum peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi juga karena lahirnya sebuah gagasan besar untuk pemerataan ekonomi nasional: pendirian Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih. Program ini menegaskan tekad pemerintah untuk memutus ketergantungan perputaran uang yang selama ini terkonsentrasi di ibu kota dan kota-kota besar, sekaligus menghidupkan denyut ekonomi hingga ke pelosok negeri.
Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih (KDMP) hadir sebagai solusi konkret untuk mengatasi disparitas ekonomi yang telah lama menjadi tantangan pembangunan nasional. Dengan target pendirian 80 ribu unit koperasi di seluruh Indonesia, program ini tidak hanya menjadi instrumen distribusi pangan murah, tetapi juga pintu masuk bagi penguatan ekonomi berbasis komunitas. Keberadaannya diharapkan dapat memastikan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, LPG bersubsidi, dan pupuk dapat diakses masyarakat dengan harga terjangkau, tanpa terjerat rantai distribusi yang panjang dan mahal.
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih menjadi payung hukum yang menegaskan keseriusan pemerintah. Peluncuran resmi program ini di Klaten, Jawa Tengah, pada 21 Juli 2025 menjadi simbol komitmen untuk menjadikan desa dan kelurahan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Tidak hanya sebagai penyedia barang kebutuhan pokok, KDMP juga akan mengelola berbagai lini usaha lain seperti simpan pinjam, klinik kesehatan, apotek desa, hingga sistem pergudangan dan logistik yang efisien. Langkah ini akan memperpendek jalur distribusi dan menekan biaya, sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, memandang KDMP sebagai program strategis nasional yang mampu mendorong kemajuan ekonomi desa, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung swasembada pangan. Menurutnya, program ini mampu menghadirkan pemerataan pembangunan hingga ke daerah 3T (terpencil, tertinggal, dan terluar), yang selama ini kerap terpinggirkan dari arus utama pertumbuhan ekonomi. Dengan keterlibatan aktif masyarakat desa dalam mengelola koperasi, diharapkan muncul rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif untuk mengembangkan usaha bersama demi kesejahteraan bersama pula.
Selain manfaat langsung dalam bentuk akses pangan murah, KDMP memiliki peran strategis dalam membangun ketahanan ekonomi nasional. Desa yang kuat secara ekonomi akan lebih tangguh menghadapi gejolak harga pangan global maupun fluktuasi pasokan. Dengan pengelolaan berbasis komunitas, pemerintah dapat memastikan bahwa subsidi dan barang-barang kebutuhan vital sampai tepat sasaran. Hal ini menjadi terobosan penting untuk menghindari kebocoran distribusi yang selama ini menjadi kendala klasik dalam penyaluran bantuan dan subsidi.
Presiden Prabowo secara tegas menyampaikan bahwa koperasi di setiap desa dan kelurahan akan menjadi tulang punggung pemerataan ekonomi, sekaligus instrumen untuk menciptakan jutaan lapangan kerja baru. Kehadiran KDMP akan memacu roda perekonomian lokal, menggerakkan sektor perdagangan, pertanian, peternakan, dan perikanan, serta membuka peluang bagi pelaku usaha mikro untuk berkembang. Dengan sistem yang transparan dan profesional, koperasi ini juga diharapkan menjadi model pengelolaan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan.
Dampak sosial dari program ini juga tidak bisa diabaikan. Dengan tersedianya sembako dan kebutuhan dasar dengan harga terjangkau, beban pengeluaran rumah tangga akan berkurang secara signifikan. Petani dan nelayan akan mendapatkan akses pupuk, benih, dan pakan dengan harga bersubsidi yang terjangkau, sehingga produktivitas dapat meningkat. Pada saat yang sama, warga desa akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam unit usaha koperasi, baik sebagai anggota, pengelola, maupun mitra usaha.
Momentum ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pembangunan nasional yang sejati adalah pembangunan yang merata, menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Desa bukan lagi hanya objek pembangunan, tetapi subjek yang aktif berperan dalam menentukan arah pertumbuhan ekonomi. KDMP menjadi instrumen yang menghidupkan kembali semangat gotong royong dalam bingkai modern, di mana partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan.
Sebagai program yang diluncurkan di awal masa kepemimpinan Presiden Prabowo, keberhasilan KDMP akan menjadi tolok ukur komitmen pemerintah dalam membangun ekonomi yang inklusif. Tantangan tentu ada, mulai dari kesiapan sumber daya manusia di tingkat desa, pengelolaan yang profesional, hingga pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang. Namun, dengan sistem pendampingan dan pelatihan yang tepat, KDMP berpotensi menjadi tonggak baru dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia.
Pidato kenegaraan Presiden Prabowo pada 15 Agustus 2025 menandai dimulainya babak baru transformasi ekonomi nasional. KDMP bukan sekadar program distribusi barang murah, melainkan strategi besar untuk memindahkan pusat gravitasi ekonomi dari kota ke desa. Inisiatif ini mengandung visi besar: membangun Indonesia dari pinggiran dengan menguatkan ekonomi rakyat, memperkokoh ketahanan pangan, dan memastikan kesejahteraan yang merata dari Sabang sampai Merauke.
Jika dijalankan dengan konsistensi, transparansi, dan pengawasan ketat, Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih akan menjadi warisan penting bagi generasi mendatang. Program ini berpotensi mengubah wajah desa-desa di Indonesia menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, di mana rakyat tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang berdaya. Dengan demikian, cita-cita besar untuk bersatu, berdaulat, rakyat sejahtera, dan Indonesia maju dapat diwujudkan secara nyata, dimulai dari akar rumput perekonomian bangsa.
*Penulis adalah Pengamat Ekonomi